Yuk Kenali Kebutuhan Belajar Putra-Putri Anda!

Oleh : Nurvani Septiani, S.Pd

(Penulis adalah praktisi Pendidikan yang sudah bergerak selama 12 tahun di dunia Pendidikan non formal khususnya Homeschooling, aktif sebagai Asesor BAN PAUD DIKMAS dan Asesor Assessment Center Kota Bandung divisi Asesor Inklusif)

Menurut  KBBI definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Wikipedia menyatakan konsultan (istilah alternatif: pakar runding) adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa kepenasihatan dalam bidang keahlian tertentu, misalnya akuntansi, pajak, lingkungan, biologi, hukum, koperasi dan lain-lain.

Lalu apa yang dimaksud dengan konsultan pendidikan? Kapan kira-kira kita perlu berkonsultasi dengan mereka? Bagaimana menentukan konsultan pendidikan yang terpercaya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita bayangkan sebuah kondisi sebagai berikut : “Bu Tina memiliki seorang anak bernama Tini yang kini sudah meninjak kelas 10 SMA, berbeda dengan masa SD  yang menunjukan prestasi gemilang dilanjutkan masa SMP yang terlihat berlangsung tanpa masalah berarti dalam pandangan Bu Tina, kini Tini menunjukan gejala malas bersekolah. Jika ditanya alasannya Tini hanya menjawab karena capek atau kurang enak badan. Tanpa terasa 1 semester sudah selesai dilewati hasil raport Tini mengalami penurunan drastis demikian pula tingkat kehadirannya. Bu Tina mulai bercerita kepada teman, keluarga dan rekan sesama orang tua murid di dekolah Tini. Akhirnya Bu Tina dan suaminya memutuskan untuk berkonsultasi ke Psikolog atas saran orang-orang di sekitar mereka, Tini diajak turut serta meski dengan setengah terpaksa. Setelah wawancara dan observasi kemudian melalui beberapa tes khusus, psikolog menyatakan bahwa Tini dalam kondisi depresi dan sebaiknya tidak terlalu dipaksakan untuk sekolah jika kondisinya belum membaik. Bu Tina terus bertanya dan mendesak Tini apa alasan depresinya, tapi Tini hanya bisa menangis dan menjawab dia tidak mau lanjut sekolah. Waktu libur berlalu semester dua dimulai, saat teman-temannya  memulai semester baru Tini justru mogok sekolah.”

Bayangkan jika anda berada dalam kondisi Bu Tina, apa yang akan anda lakukan?

Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang kapan kita perlu bantuan pihak ketiga untuk berkonsultasi tentang  masalah yang kita hadapi, tapi tentu anda setuju jika saya menyarankan untuk melibatkan pihak yang lebih ahli (jasa profesional) untuk mengatasi masalah yang kita hadapi dibandingkan melibatkan mereka yang semata-mata memiliki kedekatan secara pribadi. Contohnya saat sedang sakit atau tidak enak badan anda lebih memilih berkonsultasi dengan dokter dibandingkan berkonsultasi dengan rekan kerja yang anda temui sehari-hari kan?

Sama halnya saat menemui kondisi anak yang tiba-tiba malas bahkan mogok sekolah namun tidak mau mengemukakan apa alasannya, akan lebih baik disamping menemui psikolog anda juga mempertimbangkan untuk menemui konsultan pendidikan jika ternyata bertemu dengan pihak sekolah pun tidak memberikan jawaban tentang alasan kondisi anak anda. Konsultan pendidikan adalah para ahli di pendidikan yang bertugas membantu orang tua dan peserta didik dalam perencanaan pendidikan, mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapi, menemukan gaya belajar yang tepat, berusaha meningkatkan motivasi serta mengamati tingkah laku belajar anak.

Mungkin ada banyak konsultan pendidikan yang bisa anda temui untuk mencari solusi dari masalah belajar yang dihadapi anak, tapi ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan seperti latar belakang pendidikan konsultan yang anda temui, berapa lama mereka telah bergelut di dunia pendidikan, pengalaman apa saja yang mereka miliki saat menjadi praktisi pendidikan dan terutama bagaimana penerimaan para konsultan tersebut saat anda menceritakan masalah belajar yang dihadapi putra/i anda, karena bagian terpenting dari proses konsultasi adalah rasa nyaman dan rasa percaya anda sebagai klien kepada konsultan pendidikan yang anda temui sebagai penyedia jasa.

Untuk Peserta Didik

Sudahkah kamu memilih jalur  pendidikan sesuai kebutuhanmu ?

Dewasa ini mungkin banyak peserta didik yang mengalami hal serupa seperti Tini. Coba kamu bayangkan, sejak usia 3 tahun sudah didaftarkan ke playgroup, dibiasakan untuk menjalankan jadwal belajar yang berulang hingga TK. Masuk ke SD sudah lancar membaca dan menulis bahkan berhitung sehingga menjadi kebanggan orang tua. Ketika memasuki masa remaja dengan tuntutan sekolah menengah yang semakin bertambah disertai kebutuhan pencarian jati diri mulai membuat kepercayaan dirimu goyah. Terbiasa menjadi kebanggan orang tua membuat kamu kemudian menahan diri untuk menyampaikan kesulitan kepada Ayah Ibumu. Kondisi itu kemudian diperburuk oleh perbedaan pandangan dengan rekan sebaya yang kadang memicu kasus bullying, jika kemudian mampu beradaptasi bukan tidak mungkin banyak anak ternyata mampu melewati masa-masa krusial tersebut untuk kemudian menjadi pribadi yang lebih kuat. Tapi tidak jarang kejenuhan dan kesulitan beradaptasi atau mengemukakan pendapat akhirnya menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak memunculkan luapan emosi atau lebih bahaya lagi menimbulkan depresi bagi remaja yang masih labil. Mudah-mudahan kamu tidak sampai mengalaminya ya…

Tapi coba bayangkan jika kamu ada dikondisi yang dialami oleh Tini, apa yang kira-kira akan kamu lakukan?

Jangan ragu untuk mencari pertolongan pihak yang bisa kamu percaya, pilihan pertama tentu dari keluarga terdekatmu, tapi jika kondisimu seperti Tini bisa juga bercerita kepada guru BK atau Wali kelasmu atau mungkin guru favoritmu. Jika masih belum menemukan solusi yang kamu harapkan coba pertimbangkan untuk menghubungi konsultan pendidikan, karena mungkin saja masalah yang kamu hadapi disebabkan oleh kamu tengah berada di titik jenuh dalam mencari ilmu di sekolah. Sejak dini dikenalkan dengan konsep belajar di sekolah dengan segala aturan yang terasa monoton, rasanya wajar jika kita kadang menemui titik jenuh kan? Kejenuhan tersebut yang kemudian memunculkan kesulitan belajar hingga membuatmu malas bersekolah, bahkan mungkin ada dari kamu yang sampai mogok sekolah.

Padahal jika kamu resapi tentang makna belajar seperti diungkapkan Lee Cronbach misalnya, ahli psikologi pendidikan Amerika ini menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman. Karena itu, menurutnya sebaik-baik belajar adalah dengan mengalami sesuatu. Mengalami sesuatu yaitu dengan mempergunakan panca inderanya (mata untuk mengamati, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk merasa, kulit juga untuk merasakan sesuatu)  sehingga diharapkan seorang pembelajar mampu membaca, mengamati, meniru, dan kemudian mengolahnya. Berangkat dari alur pikiran pakar tersebut, maka sesungguhnya belajar dilakukan melalui proses imajinatif dan kreatif, bukan semata-mata teori yang diberikan kepada pembelajar. Artinya proses belajar itu luas bukan hanya saat kita berada di sekolah saja, dan bukan juga berisi materi mata pelajaran wajib yang kamu temui sehari-hari di sekolah.

Sayangnya masih banyak pihak yang belum paham tentang hal tersebut, termasuk mungkin kamu. Sehingga kemudian memunculkan banyak masalah atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa diberbagai jenjang pendidikan. Kondisi tersebut bisa dihindari atau diminilisir jika sejak awal siswa dan orang tua menemui konsultan pendidikan untuk bersama-sama merumuskan jenis atau program  pendidikan seperti apa yang cocok bagi mereka. Tentunya disesuaikan dengan minat, bakat dan potensi masing-masing anak yang perlu proses asesmen sebelumnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *