Creative illustration highlighting ADHD awareness with colorful brain imagery.

Mengenal Kesulitan Belajar (Learning Disability) Dalam Pandangan Pendidikan

Oleh R. FACHMY FAISAL M.Pd.

Founder and Tim Research Development Rilion Education Center

Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, kebutuhan bahkan mungkin hambatan yang berbeda-beda dalam belajar, sudah semestinya guru maupun orangtua mampu mendeteksi hal-hal tersebut agar proses belajar mengajar menjadi bermakna bagi setiap anak. Pendidikan sudah sewajarnya memposisikan anak sebagai pusat aktivitas dalam pembelajaran, sehingga ketika pembelajaran dilakukan maka pertimbangan utama adalah apa yang menjadi kebutuhan dan jika ada hambatan anak. Agar kemudian pendidikan dapat memberikan atau memfasilitasi anak untuk berkembang menjadi dirinya sendiri secara optimal sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Meskipun setiap anak memiliki perbedaan dalam perkembangan namun mereka memiliki hak belajar sama, oleh karena itu pendidikan seharusnya melihat seorang anak bukan dari sudut pandang label kesulitannya yang mungkin ia hadapi melainkan dari sudut pandang positif bahwa setiap anak mampu berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Inilah makna inklusivitas dalam Pendidikan.

Kategori Kesulitan Belajar

Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar biasanya akan menunjukan keadaan berbeda-beda, tetapi dalam hal ini penulis mencoba untuk mengkategorikan ke dalam dua kategori utama, yaitu kesulitan belajar bersifat internal yang dikenal dengan Learning disability dan kesulitan belajar yang bersifat eksternal yang berkaitan dengan faktor diluar anak misalkan kondisi keluarga, guru, teman, gaya belajar, lingkungan dan sebagainya yang disebut dengan Learning problem.

1. Kesulitan Belajar Internal (Learning Disabilities)

Kesulitan belajar ini berkaitan dengan fungsi internal dalam otak, sehingga disiplin ilmu sosial seperti pendidikan tidak bisa menjelaskan secara komprehensif kelainan fungsi yang terjadi akibat hal tersebut. Hal yang bisa diamati adalah fenomena berkaitan dengan aktivitas belajar anak sehari-hari, contohnya ketika terjadi proses belajar mengajar anak memerlukan kemampuan seperti kemampuan persepsi mendengar, persepsi penglihatan, persepsi aktual & kinestetik, kemampuan mengingat dan sebagainya, kemampuan tersebut ada dalam fungsi internal otak. Proses belajar akan terpengaruhi bila aspek persepsi tersebut mengalami hambatan sehingga bisa disimpulkan bahwa anak mengalami kesulitan belajar internal.

Gambaran pertama adalah hambatan dalam kemampuan persepsi, Persepsi adalah kemampuan belajar yang digunakan untuk menganalisis informasi yang diterima. Saat anak diperlihatkan bentuk huruf (b) dan (d) atau angka (6) dan (9) anak dengan kemampuan persepsi akan mudah untuk membedakan kedua huruf dan angka dengan bentuk berbanding terbalik tersebut. Berbeda dengan anak yang mengalami gangguan persepsi, mereka akan kesulitan untuk menemukan perbedaannya, sehingga sering tertukar saat membaca terutama kalimat panjang. Dapat dibayangkan betapa sulitnya pembelajaran berkaitan dengan proses membaca bagi anak-anak ini.

Selanjutnya berkaitan dengan Memori dalam belajar yaitu kemampuan mengingat, terbagi menjadi dua bagian, pertama kemampuan mengingat jangka pendek atau short term memory, kedua kemampuan mengingat jangka panjang atau long term memory. Keduanya memiliki pengaruh cukup besar dalam proses pembelajaran, belajar sangat erat kaitannya dengan ingatan jangka pendek dan ini bisa diuji ketika guru menunjukan beraneka jenis gambar berbeda dalam beberapa detik, setelah itu anak ditanya gambar apa saja yang mereka lihat? Anak dengan hambatan ingatan jangka pendek akan kesulitan untuk menyebutkan kembali. Coba ulangi beberapa kali jika kesulitan tersebut berulang mungkin anak ini mengalami hambatan memori jangka pendek.

Lalu bagaimana dengan ingatan jangka panjang? Biasanya anak dengan kesulitan memori jangka panjang akan kesulitan untuk bercerita mengenai pengalaman yang sudah dilaluinya, atau sulit mengingat materi pelajaran yang sudah lampau. Kedua kesulitan belajar berkaitan dengan memori ini tentu akan berpengaruh pada proses belajar yang berpotensi menjadi hambatan bila tidak ada tindakan/pendekatan khusus.

Selanjutnya kemampuan Kognitif  menjadi bagian penting dalam proses belajar, misalnya ketika anak belajar konsep bilangan maka diperlukan kemampuan untuk menghubungkan pengertian antara lambang atau simbol bilangan dengan kuantitas bilangan, misal lima rumah berkaitan dengan simbol (5) dan dua rumah berkaitan dengan simbol (2) apabila keduanya dikelompokan maka akan menjadi (7) tujuh rumah. Begitupun dengan kemampuan mengklasifikasikan, mendiskriminasikan, menghubungkan dan mengurutkan ukuran benda secara sistematis.  Kemampuan kognitif juga diperlukan untuk mendefinisikan hal abstrak menjadi konkret agar proses belajar efektif, sehingga ketika anak mengalami hambatan dalam hal ini maka akan sulit untuk secara luwes beralih ke tahapan tahapan pemebelajaran selanjutnya dengan level kesulitan semakin tinggi.

Perhatian (attention) adalah kemampuan anak dalam memilih stimulus (perangsang) tertentu, mana yang menurutnya bermakna dan mana yang tidak. Ketika anak berhadapan dengan beberapa stimulus anak secara alami akan memilih stimulus mana yang paling bermakna bagi dirinya. Perhatian (attention) sangat penting bagi seorang anak untuk dapat belajar terutama saat pada beberapa kondisi secara bersamaan muncul beberapa stimulus saling tumpang tindih. Proses pembelajaran tentu akan terganggu ketika anak sulit membedakan stimulus mana penting sehingga perlu diperhatikan, atau sebaliknya. Anak-anak dengan kendala ini biasanya kesulitan untuk memperhatikan objek atau kegiatan yang sedang dipelajarinya, ia akan memberikan respon kepada semua stimulus dengan intensitas yang sama. Oleh karena itu anak seperti ini tidak bisa fokus hanya pada satu objek atau kegiatan, tetapi perhatiannya tertuju kepada semua objek yang sedang dihadapi (inattention).

2. Kesulitan Belajar yang Bersifat Eksternal (Learning Problem)

Kesulitan belajar berkenaan dengan faktor lingkungan atau faktor luar (Eksternal), biasanya sangat berkaitan dengan dua situasi. Pertama, situasi di luar dan sebelum sekolah. Kedua, terkait dengan situasi di sekolah. Situasi di luar dan sebelum sekolah adalah segala aktivitas anak di rumah yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan anak, misalnya kondisi orangtua, pekerjaan orangtua, dan segala kondisi yang dapat mempengaruhi anak. Contoh seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan sedikit waktu luang bersama anak sehingga sering terabaikan tentu akan berbeda anak yang orangtunya memprioritaskan kualitas kebersamaan dengan anak-anaknya. Contoh lain pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang suami/istri dengan pasangan dan anaknya. Seorang Ayah atau Ibu saat menerima promosi pekerjaan yang kemudian menuntut lebih banyak perjalanan dinas misalnya, ternyata meningkatkan konflik perkawinan serta perubahan pola interaksi orangtua anak apabila tidak disertai support system yang baik.

Apabila lingkungan rumah memberi dukungan yang cukup bagi anak untuk mendapatkan pengalaman belajar seperti mendengarkan orangtuanya membacakan dongeng, terbiasa menjawab pertanyaan dari cerita yang telah didengarnya, mulai mengenal buku sejak kecil, dibiasakan untuk mengemukakan secara lisan apa yang diinginkan kepada orang tua dan lingkungan sekitarnya, memiliki kesempatan untuk melakukan eksplorasi lingkungan,  memungkinkan anak memiliki keteampilan pra-akademik yang berkembang sebagaimana mestinya, sehingga anak-anak ini sudah lebih siap memulai kegiatan akademiknya.

Keterampilan pra-akademik merupakan prasyarat untuk belajar secara akademik. Keterampilan anak dalam mendengarkan misalnya merupakan prasyarat untuk belajar membaca. Anak yang memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik, tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Sebaliknya anak yang tidak memilki keterampilan mendengarkan dengan baik, akan mengalami hambatan ketika belajar membaca. Anak yang memiliki keterampilan pra-akademik akan lebih beradaptasi dengan pembelajaran akademik di sekolah dasar, dan cenderung memiliki rasa pecaya diri dan motivasi lebih baik dibanding dengan yang tidak. Sering ditemukan anak yang mengalami masalah dalam belajar (Learning Problem) di Sekolah Dasar terkait dengan tidak dikuasainya keterampilan pra-akademik. Tidak jarang anak seperti ini memiliki penghargaan diri yang rendah, dan memiliki perasaan bahwa sekolah bukan tempat yang menyenangkan. Akibatnya mungkin muncul kesulitan dalam perilaku dan bersosialisasi di sekolah atau tempat umum.

Situasi di Sekolah juga dapat mempengaruhi munculnya kesulitan belajar. Seperti kita ketahui proses belajar di sekolah terkait dengan elemen kurikulum dan metode pembelajaran. Sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya sangat kuat perpatokan pada pencapaian target kurikulum dengan muatan sangat padat. Oleh karena itu ada kecenderungan bagi guru untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran itu dilihat dari tercapainya target kurikulum saja.

Namun ada kenyataan lain, yang hampir luput dari perhatian guru yaitu kurangnya kesempatan untuk mengecek apakah setiap anak sudah sampai pada tingkat pemahaman konsep? Data inilah yang tidak banyak diketahui oleh guru, sehingga jika ada anak yang ternyata belum tuntas dalam memahami satu konsep pada topik tertentu sementara pembelajaran terus melangkah ke topik berikutnya yang lebih tinggi, maka sudah dapat dipastikan anak akan mengalami kesulitan untuk memahami topik yang baru itu. Apabila situasi seperti ini berlangsung terus menerus, maka akan ada anak mengalami kesulitan bersifat kumulatif. Hal seperti ini terutama sering terjadi pada pelajaran berkaitan dengan literasi dan numerasi. Sebagai contoh, seorang anak kelas satu Sekolah Dasar belum tuntas dalam memahami konsep bilangan, pada saat itu guru sudah melangkah ke topik tentang penjumlahan, maka sudah dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam penjumlahan. Jika konsep penjumlahan belum dikuasai tetapi pembelajaran sudah melangkah ke topik tentang pengurangan, demikian seterusnya. Anak tidak pernah memahami konsep dengan tuntas. Masalah belajar seperti ini (Learning Problem) disadari atau tidak sebenarnya sangat banyak ditemukan di sekolah sekitar kita, bahkan mungkin pada sekolah tempat pembaca menyekolahkan putra putrinya.

Lalu bagaimana upaya yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Rilion Education Center adalah wadah konsultasi yang tepat untuk sharing tentang masalah-masalah di atas, jangan ragu untuk hubungi kami jika ada hal yang perlu dikonsultasikan, atau ada kondisi anak yang perlu asesmen kemampuan dasar, perkembangan ataupun lanjutan.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *